Hari itu Selasa,
saya sedang iseng buka Kaskus disela padatnya kerjaan kantor yang tak
kunjung habis. Buka Kaskus pada jam kerja, di kantor lagi, terlihat tidak
produktif memang, tapi terkadang saya butuh refreshing dengan membaca hal-hal
tidak penting di forum lounge portal itu. Sekedar membaca lawakan terbaru komik
Mat Kosim atau melihat postingan-postingan menarik seputar misteri Crop Circle
yang tak kunjung terpecahkan. Ketika sedang asik membaca-membaci (istilah baru), teman saya, Nola, melintas lalu berhenti sejenak. Ketika melihat saya sedang
membuka Kaskus, dia bilang, "kamu harus baca ini!", lalu dia
kirim link lewat YM. YM kami memang selalu available ketika bekerja agar
gampang tek-tokan antara kreatif dan account ketika ngurusin job. Maklum anak
ahensi, miskomunikasi sama dengan lembur malam ini.
Saya agak
tidak terlalu menghiraukan perkataan dan kiriman link teman saya itu, karena saya sedang asik membaca
kisah di balik lepasnya Timor-Timur dari Indonesia, dengan tokoh-tokoh keren
seperti Eurico Guitteres, Xanana Gusmao, dsb. Tapi akhirnya saya buka juga link
itu. Sebuah link yang merujuk pada sebuah postingan di Kaskus yang berjudul "Have
I Told You Lately That I Love You". Dalam hati saya, "ow-ow, kisah
cinta remaja nih". Ada banyak page postingan yang sudah dirangkum dalam
page pertama, ceritanya akan cukup panjang saya rasa. Sebenarnya saya tidak
begitu suka membaca teenlit, tapi karena tak mau mengecewakan teman, akhirnya
saya pun membacanya.
Di awal-awal
cerita, penulis memposisikan dirinya dalam kisah itu sebagai orang pertama
bernama Nanda, anak kelas 3 SMA, tokoh protagonis tampaknya (selalu nih). Tokoh
ini terlihat cukup tangguh dan mandiri dalam menjalani hidup, karena sudah kost di saat masih SMA.
Katanya sih (kalau tidak salah) karena orang tuanya kerjanya jauh dari kota, jadi dia memutuskan untuk kost dengan sesekali pulang ke rumah orang tuanya
yang ada di tepi pantai.
Drama pun
dimulai. Sejak dari awal sekolah Nanda mencintai teman sekolahnya bernama Lisa,
pencinta kucing, anak orang kaya sepertinya, karena setiap hari pergi ke
sekolah diantar sopir. Nanda terlihat sangat menyukai Lisa karena dia sampai
rela datang lebih awal tapi masuk kelas paling akhir, demi menunggu Lisa di
gerbang sekolah, melihatnya turun dari mobil sampai akhirnya si pujaan hati masuk ke kelas. Perkembangan cinta Nanda kepada Lisa terbilang lambat, karena sampai
kelas 3 saja dia baru sampai tahap menyapa. Tapi Nanda tidak patah arang untuk
mendapatkan Lisa, dia selalu berusaha mendekat, apalagi Nanda selalu didukung
oleh teman baiknya yang bernama Ari. Sampai suatu saat sapaan Nanda kepada Lisa
akhirnya bersambut. Singkat cerita mereka mulai dekat, dari sering ngobrol di
kantin, smsan, sampai pergi berdua ke toko buku. Nanda selalu menceritakan
perkembangan cintanya dengan Lisa kepada Ari, dan layaknya berperan sebagai
Dewa Asmara, Ari selalu memberi saran-saran romantis hingga cenderung agresif demi
keberhasilan romansa cinta teman karibnya tersebut. Dan entah berkat bantuan
Ari atau tidak, Nanda semakin lengket dengan Lisa. Selamat! Sampai di sini saya
mulai agak bosan membaca cerita ini, karena plot dan temanya sepertinya akan
biasa saja, walaupun gaya penyampaian cerita dan penjelasan detil kejadian
atau settingnya cukup bagus. Sampai akhirnya muncul tokoh baru, cewek
pindahan dari Bandung bernama Putri. Si tokoh ini lah yang membuat saya
mengikuti cerita ini sampai selesai.
Si Putri ini
menurut saya karakter yang cukup menarik. Dia punya hobi menggambar di
sketchbook. Katanya sih, dia suka menggambar orang-orang yang dia anggap
penting. Dia juga sering menggambar di udara. Hah, maksudnya? Jadi dia cuma
menatap kosong ke depan, lalu menggerak-gerakkan tangan di depan wajahnya
seperti orang melukis, lucu kan? Pertama masuk kelas dia sudah ditakdirkan duduk
di samping Nanda. Hari pertama sekolah saja dia sudah membuat Nanda heboh
dengan hilangnya sketcbooknya, dan dia pasang muka memelas dengan mata
berkaca-kaca mau nangis, sampai akhirnya Nanda terpaksa bantu mencari. Akhirnya
ketemu, hore! Mereka berdua akhirnya sering duduk sebangku dan semakin akrab.
Di sinilah konflik mulai terjadi,
Nanda semakin dekat dengan Lisa, namun semakin akrab juga dengan Putri. Kalau
kata Nanda, Lisa seperti malam yang sinar bulan dan gemerlap bintangnya selalu
membuatnya rindu mendayu-dayu. Sedangkan Putri seperti pagi cerah dengan segala
kesegarannya yang selalu membuat Nanda nampak ceria. Nanda sering pulang sekolah
bareng Lisa, bahkan Lisa sampai sering pagi-pagi minta dianter sopirnya ke kost
Nanda, demi berangkat ke sekolah bareng berboncengan dengan motor butut milik
Nanda. Nanda pun terharu. Dengan Putri pun Nanda sering diajak pergi bareng,
tapi ke tempat yang agak tak biasa, panti jompo. Aneh kan cewek ini, ngajak ngedate ke panti jompo, tapi itulah kenapa saya suka karakter yang satu ini. Kenapa Putri suka ke panti
jompo? Alasannya agak klise, menurut dia panti jompo adalah tempat kumpulan
manula yang “dibuang” oleh anak-anaknya. Putri kasihan, itu saja. Di panti
jompo itu Putri sudah akrab dengan seorang nenek yang sama sekali tidak ada hubungan
darah dengannya, yang biasa dia panggil Oma. Dia sering membawakan Oma
makanan, bahkan menyuapinya, meskipun Oma sering lupa padanya. Katanya kasihan
Oma, sudah 3 kali lebaran tidak dikunjungi keluarganya. Nanda pun kagum dengan
Putri. Waduh gimana nih, cewek yang satu bikin terharu, yang satunya lagi bikin kagum, intinya
dua-duanya OK lah. Mulai bimbang nih Nanda.
Hari-hari
dilalui Empat Sekawan ini, Nanda, Lisa, Putri, Ari, dengan menarik. Mereka
sering bepergian bareng, menginap di rumah Nanda, memancing bersama di dermaga,
dsb. Kejadian-kejadian klise layaknya FTV pun mulai sering terjadi, seperti Nanda dikeroyok
preman gara-gara melindungi Lisa, Nanda yang dikeroyok pacar Putri dan
teman-temannya (oia Putri punya pacar yang agak kasar, over-protektif,
antagonis pokoknya, tapi akhirnya putus kok), keluarga Nanda yang terlibat
hutang, sampai konflik bathin karena ternyata Ari menyukai Putri, dan Putri lebih
condong ke Nanda. Di sini sepertinya Nanda menjadi tokoh yang diperebutkan dua
wanita, Lisa dan Putri. Maklum lah, penulis sekaligus orang pertama gitu, hahahaha. Sedangkan Ari
nampak sebagai pelengkap saja, tokoh yang menunggu Nanda memberi belas kasihan
dengan merelakan Putri untuknya. Cinta segi empat atau mungkin trapesium atau bahkan jajar genjang pun telah terjadi. Sampai akhirnya Putri mengalah dengan meninggalkan
Nanda, tepat di hari selesai UAN, demi memberi kesempatan Nanda berpikir untuk
memilih dia atau Lisa. Putri berkata, “kita akan bertemu 3,5 tahun lagi”, kata
yang dipegang oleh Nanda yang ternyata lebih memilih Putri.
Plot cerita yang runtut di masa SMA ini langsung melompat-lompat ketika memasuki masa kuliah. Di sini
penulis, yang sekaligus tokoh utama, juga mulai memainkan setting waktu, masa
lalu dan masa kini. Singkat cerita, karena rasa kangen gara-gara sudah tak bertemu bertahun-tahun yang sudah terlampau tak
tertahan, Nanda mencari Putri dengan segala cara. Sampai akhirnya menemukan
account Putri di Friendster. Jaman itu Friendster masih populer lho. Nanda
selalu memantau account Putri walaupun jarang apdet status dan friendrequest-nya belum diaccept. Sampai akhirnya Nanda membaca status terbaru Putri
yang berkata, “Di Bandara Soekarno-Hatta terminal 1, pesawat pending 4 jam,
huft (kira-kira seperti itu)”. Nanda pun langsung cabut, bongkar tabungan, beli
tiket pesawat demi bisa masuk bandara, dan langsung menuju bandara. Kesempatan
bertemu Putri nih, pikirnya. Akhirnya mereka berdua bertemu, berpelukan, dan
ternyata tiket ke Medan yang dibeli asal-asalan oleh Nanda membawanya satu
pesawat bersama Putri. Mereka berdua ke Medan, ke rumah Putri, dengan bahagia
tentunya. Satu minggu Nanda di rumah Putri, menjalin kasih (cieee) dan berjanji
menikah. Sampai akhirnya Nanda kembali ke Jakarta karena harus meneruskan
kuliah. Mereka sering saling telepon, kirim sms, sampai akhirnya Nanda mendapat kabar bahwa Putri
meninggal karena kecelakaan. Nanda tampak terpukul dan tidak bisa merelakan
Putri. Berakhir sedih kayaknya nih cerita. Selang berapa lama akhirnya Nanda
bisa move on, dan meneruskan hidupnya. Nanda akhirnya menikah dengan wanita
lain, sedangkan Lisa menikah dengan Ari. Beruntung ya Ari, hahahaha. Tamat.
Apa yang
menarik dari cerita ini? Di lihat dari tema, plot, alur mungkin biasa saja, sama
kayak sinetron. Pacaran segitiga (atau lebih), salah satu meninggal, dan si
tokoh utama akhirnya tidak mendapatkan dua-duanya. Biasa kan. Yang menarik
menurut saya adalah, cara bercerita penulisnya yang sangat runtut, mampu
membangun imajinasi, dan sangat detil. Saya bisa menikmati cerita ini dengan jelas dan gamblang karena diceritakan secara terstruktur mulai dari awal sampai akhir.
Dari Nanda mendekati Lisa, bertemu Putri, terlibat konflik dengan Ari, bersekolah
sambil bekerja, berjuang untuk bertemu Putri setelah menunggu bertahun-tahun, sampai
akhirnya berakhir tragis. Ketika membaca cerita ini saya juga mampu
membayangkan bagaimana setting tempatnya, seperti apa kejadian yang terjadi, atau bagaimana rupa visual karakter tiap
tokohnya. Misalnya bagaimana suasana kost si Nanda dengan adanya ayunan besi dengan sedikit karat di halamannya,
bagaimana karakter si Putri dengan rambut kuncir kuda dan menyisakan sedikit di
samping kedua telingannya, bagaimana suasana ketika Nanda makan bekal bersama
Lisa di bawah lampu di pom bensin tempatnya bekerja, bagaimana suasana rumah
Putri di Bandung, bagaimana suasana rumah Nanda di tepi pantai, dan sebagainya.
Bagian-bagian itu diceritakan dengan sangat rapi dan detil. Untuk sekelas
penulis postingan di Kaskus, si Nanda ini cukup jago menurut saya. Walapun tema
cerita yang diangkatnya biasa saja, namun dia bisa membangun konstruksi kisah yang sangat
indah dan membangun imajinasi. Apalagi, katanya nih, cerita ini berdasarkan
kisah nyata. Wow, beruntung sekali dia memiliki kisah hidup yang sangat
noveliable, perasaan kisah hidup saya sampai saat ini flat saja, datar seperti
meja. Dia juga mampu mengingat dengan jelas setiap frase dalam kisah hidupnya
itu. Sepertinya memang bakat menulis, walaupun dia mengatakan bahwa dia kuliah
jurusan IT. Dia juga tidak lupa menambahkan pesan-pesan moral nan agamis dalam
ceritanya tersebut. Lengkap deh untuk dicetak dalam bentuk novel.
Intinya, untuk
sekelas postingan di Kaskus cerita ini OK. Lebih bagus dari cerita-cerita
horror bersambung yang sering diceritakan asal-asalan. Terlepas cerita ini
fiksi atau non-fiksi, saya menganggap penulis sudah berbaik hati untuk
menuliskan sebuah cerita yang membuat saya berpikir untuk mulai sekarang, tidak
hanya membaca buku-buku cultural studies atau novel Pramoedya Ananta Toer saja,
melainkan banyak tulisan-tulisan bagus lainnya yang seharusnya juga saya baca, untuk menambah khasanah berpikir dan berimajinasi tentunya. Tabik.
Bagi yang
ingin membaca kisah ini selengkapnya bisa buka di kaskus ya...
wah terimakasih mas Adi atas review/komentarnya. Jujur aja ini baru pertama saya mencari cerita sendiri lewat google dan langsung ke halaman mas Adi.
ReplyDeleteTulisannya mampu membuat saya tersenyum sendiri dan berpikir ulang "apa iya ini memang terjadi didalam diri saya?".
Saya bisa menulis dengan detail karena saya selalu berpatokan dengan benda dari masa lampau atau saya pergi ke tempat itu (observasi ulang), selebihnya saya hanya menyampaikan apa yang tangan saya lakukan dengan sendirinya.
lalu meneruskan sampai akhir hingga akhirnya terjebak nostalgia :p
Sekali lagi terimakasih.
salam buat temannya juga
hahaha
by: Raspcake
Sama-sama Mas Nanda, saya, yang mungkin juga mewakili para penikmat cerita Mas Nanda lainnya, juga mengucapkan terima kasih atas karya inspiratif Mas Nanda. Saya sangat setuju bahwa bernostalgia dengan masa lalu adalah salah satu cara membangkitkan imajinasi dalam berkreatifitas. Saya tunggu karya-karya Mas Nanda selanjutnya, tetap semangat dan terus berkarya.
ReplyDeleteSalam buat teman saya nanti saya sampaikan.
Regards, Adi
Baru mau ngerivew cerita ini di blog, ternyata udah ada yang lebih lengkap dan detail ngerivewnya. Udah di komen langsung lagi sama penulisnya. Keren keren.
ReplyDeleteSalam kenal.
mantap ceritanya.. tp apa iya itu kisah nyata? pokoknya 4 jempol deh
ReplyDeletemantap ceritanya.. tp apa iya itu kisah nyata? pokoknya 4 jempol deh
ReplyDeleteMantapp mass. Pas ane baca sedih bener
ReplyDeletesaya suka ceritanya,.walaupun endingya tidak sesuai ekspektasi saya..heheheh ( saya LISAHOLIC)..tapi fart 2 nya belum sempet saya baca juga
ReplyDelete