Ini adalah gambar saya yang saya ikut lombakan di sayembara desain kaos dalam rangka Outing 2013 di kantor saya. Tapi sayang kalah, hehehe. "Nggak apa-apa Bro, buat portofolio", kata temen saya memberikan harapan semu. FYI Beberapa waktu yang lalu, saya bersama teman-teman satu kantor pergi outing ke Bangkok, Thailand. Ritual tahunan ini menjadi cukup menarik karena kita akan mengunjungi negara yang katanya menjadi trend setter dunia periklanan se-Asia Tenggara. Banyak kegiatan yang kita lakukan di sana, mulai dari berwisata ke Wat Arun, menyusuri sungai Chao Phraya, mengunjungi Sleeping Buddha, jalan-jalan ke Bangkok Art Centre, belanja oleh-oleh kaos di pasar yang saya lupa namanya, dsb. Sepulang dari sana yang tentunya dengan sejuta cerita, kami disuruh oleh pihak kantor untuk membuat artikel perihal kegiatan outing kita di Bangkok. Artikel itu bisa berbicara tentang apa saja dan nantinya akan ditampilkan di website kantor. Setelah beberapa saat berpikir akhirnya saya memutuskan membuat artikel tentang sejarah Bangkok yang diintip dari sebuah lapak di trotoar jalan, yang sempat terekam mata dan kamera saya ketika jalan-jalan.
Pertama kali mendengar sejarah Thailand, saya langsung teringat dengan film Yamada: The Samurai of Ayothaya, sebuah film epik bersetting kerajaan Thailand pada jaman dulu. Dalam film tersebut banyak ditampilkan adegan beladiri kuno Thailand dengan gaya berdandan pendekarnya yang sedikit progressif, badan bertato dengan rambut gaya mohawk dan kumis panjang, cukup modis untuk ukuran fesyen jaman itu.
Tapi di sini saya tidak akan ngomong tentang film, melainkan tentang sebuah lapak jualan di trotoar jalanan kota Bangkok yang menggelar dagangan berupa foto-foto seputar Thailand pada jaman dulu. Uniknya, foto-foto tersebut dijual dengan harga yang cukup murah, hanya THB 20 atau setara kurang lebih 6500 rupiah untuk foto seukuran A4. Foto-foto bernuansa sephia tersebut hanya terbungkus plastik dan disebar rapi pada sebuah alas di trotoar jalan, hampir mirip jualan hp bekas di sekitar Stasiun Senen. Mungkin kita juga sering lihat di Indonesia foto-foto tentang negeri kita jaman dulu, tapi ada yang berbeda dengan foto-foto yang dijual di trotoar jalanan kota Bangkok ini.
Yang membedakan adalah foto-foto jadul Thailand ini hampir tidak ada yang menampilkan adegan-adegan seputar kerja paksa, perang gerilya, suasana bangunan bergaya Eropa, dikotomi nederlander-inlander (majikan bule dengan gundik pribumi), atau adegan-adegan lain yang biasa kita temui di foto-foto Indonesia jaman dulu. Yang ditampilkan hanya seputar suasana kota/kerajaan tempo dulu, alat transportasi pada masa itu, potret biksu, potret keluarga kerajaan, perayaan-perayaan hari besar, dan semacamnya. Hal inilah yang mungkin membuat harga foto-foto kuno ini tidak terlalu mahal. Tidak adanya kisah miris seputar kerja rodi dan tanam paksa, kisah heroik perjuangan merebut kemerdekaan, dan momen-momen imajinatif lain seperti yang terjadi di Indonesia, membuat foto-foto tersebut hanya memiliki sedikit makna sejarah dan tidak mampu bicara sebanyak foto-foto Indonesia jaman dulu. Mungkin inilah kekurangan negeri yang tak pernah terjajah bangsa Eropa, dan kita walaupun dulu pernah terjajah 3,5 abad patut berbangga, karena kita punya sejuta kisah patriotis yang tidak pernah habis untuk diceritakan kepada anak cucu kita. Damn, I love Indonesia!
*Sebagian artikel ini juga dimuat di http://www.pantarei-ad.com/
No comments:
Post a Comment